Di tengah ketidakpastian ekonomi, tingkat inflasi adalah salah satu momok dalam menerapkan cara mempertahankan kekayaan yang tepat.
Memang, inflasi tengah menunjukkan tren yang melandai. Badan Pusat Statistik (BPS) pada awal bulan lalu mengumumkan tingkat inflasi Indonesia sepanjang 2020 sebesar 1,68%, di mana angka ini merupakan yang terendah sejak 2014.
Hanya saja, banyak kalangan bisnis percaya bahwa inflasi akan terjadi di tahun ini. Sebab, banyak negara tengah melakukan pelonggaran moneter demi memulihkan ekonomi dari dampak pandemi COVID-19. Hal itu akan memacu permintaan dan pada akhirnya menciptakan inflasi.
Jika demikian, pertanyaan terpenting yang dihadapi adalah apakah inflasi masih akan terjadi 2021?
Baca juga: Mengapa Investasi Penting untuk Melawan Inflasi?
Kembalinya inflasi, meski belum mencapai konsensus, dapat menjadi tema pasar utama untuk tahun 2021, ditambah dengan rebound komoditas global.
Ini menjadi perhatian utama karena pembuat kebijakan seolah-olah mengacu pada teori moneter modern (MMT) akibat pandemi global. Teori tersebut mengatakan bahwa pemerintah tidak usah memperhatikan defisit fiskal asal mereka bisa meminjam uang dalam denominasi mata uangnya sendiri dan inflasi terkendali.
Gubernur Bank Sentral AS The Fed Jerome Powell pernah menyiratkan bahwa inflasi adalah salah satu tantangan utama di zaman ini. Ketika The Fed mulai mendistorsi pasar pendapatan tetap dengan memangkas suku bunga menjadi nol saat membeli ETF obligasi korporasi, Powell tidak mengacu pada inflasi yang terlalu tinggi tetapi inflasi yang terlalu rendah.
Tetapi di sisi lain, banyak yang meyakini inflasi akan naik lebih dari yang diantisipasi konsensus pasar, terutama karena bank sentral di pasar maju cenderung melihat ke arah lain.
Kebijakan moneter akan tetap longgar dikombinasikan dengan lingkungan dengan banyak kekuatan disinflasi dalam dekade terakhir yang melambat atau berbalik. Misalnya, globalisasi dan biaya tenaga kerja yang rendah.
Selain itu, distribusi vaksin dapat memacu belanja konsumen kembali ke tingkat sebelum pandemi. Hal ini yang selanjutnya akan meningkatkan kecepatan moneter dan meningkatkan inflasi. Lalu bagaimana dengan Indonesia?
Akhir tahun lalu, Bank Indonesia memprediksi inflasi Indonesia pada tahun ini di kisaran 3% plus minus 1% secara tahunan. Lembaga-lembaga ekonomi di Indonesia, seperti Center on Reform of Economics (CORE) dan Institute for Development and Finance (Indef) juga memprediksi inflasi tahun ini berada di atas 2%
Nah, indikator ini harusnya menjadi pedoman bagi investor untuk mempertahankan kekayaannya.
Baca juga: Kenali Tujuan Investasimu, Lihat 4 Investasi Potensial untuk Pemula Ini
Mark Mobius dalam buku barunya, The Inflation Myth, menunjukkan bahwa apa yang kita yakini tentang inflasi saat ini tidak mencerminkan kenyataan. Jadi, kita perlu menerapkan strategi yang pas sebagai cara mempertahankan kekayaan.
Investor perlu tahu bahwa kenaikan inflasi pada awalnya akan menyebabkan kurva imbal hasil aset keuangan semakin curam. Akibatnya, bank sentral tentu perlu mengetatkan kebijakan moneternya.
Hal ini seharusnya mendorong investor untuk memfokuskan kekayaan dengan fokus ke aset riil seperti komoditas sebagai pelindung nilai uang terbaik terhadap kenaikan ekspektasi inflasi global.
Beberapa waktu terakhir, investor juga tengah memburu emas dan Bitcoin karena mereka ingin melindungi nilai uang mereka dari gerusan inflasi. Maka dari itu, tak heran jika harga emas dan Bitcoin terus melonjak dalam beberapa saat terakhir.
Bagaimana dengan kamu? Apakah juga sudah siap berinvestasi emas dan Bitcoin?
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Sumber: Forbes
Bagikan artikel ini