Pandemi COVID-19 mungkin menjadi malapetaka bagi pelaku ekonomi di seantero dunia. Namun, tidak demikian dengan Johnson & Johnson yang justru mencetak rekor pendapatan tertingginya pada kuartal IV 2021! Simak ulasan lengkapnya di Pluang Insight berikut!
Johnson & Johnson (JNJ) adalah perusahaan farmasi yang terbesar dan paling terdiversfikasi sedunia.
Perusahaan memiliki tiga pilar bisnis utama, yakni farmasi, alat kesehatan dan diagnostik, serta bisnis ritel. Seperti apa detailnya?
Pada segmen farmasi, perusahaan fokus dalam penyediaan obat-obatan seperti immunologi, onkologi, neurologi, paru-paru, kardiologi serta penyakit metabolisme. Sementara itu, melalui pilar alat kesehatan, perusahaan memfokuskan diri pada produk ortopedi, alat operasi dan perawatan optik.
Terakhir, untuk pilar ritel, JNJ fokus memproduksi perawatan bayi, kecantikan, kesehatan mulut, obat yang dijual di toko ritel alias over-the-counter (OTC) dan kesehatan wanita.
Secara geografis, lebih dari setengah pendapatan JNJ berasal dari Amerika Serikat. Jika dilirik per pilar bisnisnya, ternyata segmen farmasi plus alat kesehatan dan diagnostik menyumbang 80% terhadap total pendapatan dan arus kas perusahaan, sementara segmen ritel menyumbang 20% sisanya.
Baca juga: Pluang Insight: Mencari 'Sinyal' Pertumbuhan di Laporan Q4 Verizon
Pada kuartal IV 2021 lalu, perusahaan membukukan pendapatan sebesar US$24,8 miliar. Angka tersebut bertumbuh 6% dibandingkan kuartal sebelumnya, atau 10% jika dikomparasikan dengan periode sama tahun sebelumnya.
Usut punya usut, ternyata raihan tersebut merupakan pendapatan kuartal JNJ paling besar sepanjang masa jika dilihat secara historis! Lho, kok bisa?
Nah, penyebab kinclongnya raihan pendapatan perseroan adalah hadirnya pandemi COVID-19.
Ya, sebagai perusahaan farmasi, JNJ juga ikut nyemplung menyediakan vaksin demi menangkal virus yang awalnya menyebar dari dataran China tersebut. Pada kuartal lalu, pendapatan vaksin berkontribusi sevesar 7% dari total pendapatan JNJ.
Namun, raihan ini sejatinya sudah sesuai ekspektasi para analis di AS. Kini, para analis mengajukan satu pertanyaan besar bagi JNJ: Apakah pendapatan JNJ bisa tetap stabil di mid-single digit dengan mengandalkan pertumbuhan organik saja?
Tanpa ba-bi-bu, CEO JNJ Joaquin Duato menjawab bahwa perusahaannya tetap optimistis dengan pertumbuhan penjualan perusahaan. Pasalnya, JNJ berkomitmen akan terus memperbaiki kualitas produknya dengan rangkaian inovasi teknologi.
Di samping itu, pertumbuhan pendapatan organik JNJ dalam beberapa tahun pun tak buruk-buruk amat, kok.
Berdasarkan data historisnya, pendapatan JNJ pada 2021 mencetak pertumbuhan 5% secara tahunan. Angka tersebut sudah jauh lebih baik dibanding 1,5% pada 2017 silam.
Data ini menunjukan bahwa JNJ sebenarnya telah berhasil menambah pangsa pasar di segmen-segmen utama bisnisnya. Terlebih, ukuran pasar produk kesehatan tentu akan semakin berkembang ke depan.
JNJ mencetak laba bersih yang kuat di angka US$4,7 miliar pada kuartal IV 2021. Prestasi tersebut terbilang tumbuh 40% jika dibandingkan kuartal sebelumnya atau 188% jika dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Meski pertumbuhan labanya terbilang greng, namun capaian tersebut sejatinya juga sudah diantisipasi para analis. Selain itu, margin netto JNJ juga terbilang gitu-gitu aja meski nilai penjualannya mencetak rekor sepanjang masa.
Kondisi tersebut terjadi karena beban perusahaan juga ikut membengkak. JNJ harus membayar gaji pegawainya lebih mahal akibat kekurangan pegawai. Di samping itu, perusahaan juga harus menanggung kenaikan biaya pengiriman, fluktuasi nilai tukar, serta inflasi bahan baku.
Pluang menganggap bahwa profitabilitas JNJ di kuartal ini akan susut lantaran perusahaan masih akan menggelontorkan investasi di teknologi medis dan riset dan pengembangan (R&D). Bengkaknya biaya tenaga kerja dan biaya logistik juga diperkirakan masih akan menghantam profitabilitas perusahaan.
Namun, upaya investasi JNJ nampaknya bisa berbuah manis sesegera mungkin lantaran perusahaan memang punya kemampuan R&D yang cukup mumpuni. Buktinya, perusahaan bisa meluncurkan 20 produk signifikan sepanjang 2021. Sehingga, JNJ diharapkan bisa memulihkan profitabilitasnya di pertengahan hingga akhir tahun nanti.
Baca juga: Pluang Insight: 737-8 MAX Kembali Melayang, Rugi Boeing Berkurang
Valuasi saham JNJ, jika dilihat dari pendekatan harga saham terhadap pendapatan (Price-to-Earning atau P/E), berada di level 15.3x 23F P/E. Kemudian, posisi JNJ saat ini hampir di posisi net cash lantaran rasio net-debt-to-equity JNJ berada di 0.03x saja.
Ternyata, angka rasio P/E milik JNJ 35% lebih mahal dibandingkan perusahaan sejenis di AS. Nah, karena valuasinya sudah terbilang mahal, maka para analis di AS merekomendasikan investor untuk HOLD saham JNJ. Mereka juga menargetkan pertumbuhan saham JNJ paling mentok 9% dari level sekarang.
Catatan lainnya, Duato mengatakan bahwa JNJ juga akan mengembangkan sayap bisnisnya secara anorganik melalui akuisisi. Secara lebih spesifik, ia mengatakan bahwa JNJ berniat mencaplok perusahaan kecil yang dapat diakuisisi secara penuh.
Dapatkan CFD Saham Johnson & Johnson di Sini!
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 dan Nasdaq index futures, serta aset kripto dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Bagikan artikel ini